FH Media — Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas, Jombang, sukses menyelenggarakan Talk Show bertajuk “Transformasi Pesantren Menuju Abad Ke-3 PPBU” dengan mengangkat tema “Jejek, Kiprah, dan Kontribusi Alumni PP. Bahrul Ulum dalam Peradaban Bangsa.”

Acara yang berlangsung pada Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 13.00 WIB, di Gedung Serbaguna (GSG) KH. Hasbullah Said Yayasan Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang ini dihadiri oleh pengasuh pondok, pimpinan seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan YPPBU, serta perwakilan santri dan siswa. Salah satu delegasi yang hadir adalah dari Madrasah Fattah Hasyim, yang mengirimkan 15 siswa/i untuk mengikuti acara dengan khidmad didampingi 5 dewan guru.

Madrasah Fattah Hasyim menilai acara ini krusial untuk menambah wawasan siswa. Menurut Bu Ibad, salah satu guru pendamping, “Keikutsertaan siswa/i kami adalah bagian dari upaya madrasah memberikan wawasan luas mengenai peran strategis pesantren dan alumninya.”

Tokoh nasional, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, hadir sebagai pembicara utama, menyampaikan pandangan filosofis yang mendalam tentang moderasi Islam. Menteri Agama Republik Indonesia ini menjelaskan bahwa terdapat keseimbangan penting yang termuat dalam ayat pertama yang turun, yaitu Iqra’ dan BismiRabbik. “Apa yang ada di balik Iqra’ kemudian BismiRabbik? Ternyata ada keseimbangan yang sepertinya ingin disampaikan oleh ayat ini,” ujar Prof. Nasaruddin.

Beliau menjabarkan bahwa dua kata tersebut mewakili dua metodologi utama yang dikembangkan Rasulullah SAW, yang juga menjadi filosofi utama pesantren. Pertama, Iqra’, yang berarti konsentrasi dan mewakili kegiatan keilmuan, membaca, dan analisis. Kedua, BismiRabbik, yang berarti kontemplasi, yang mewakili kegiatan spiritual, dzikir, dan pengenalan diri kepada Tuhan. “Jadi pesantren itu adalah perpaduan antara konsentrasi dan kontemplasi,” tegas beliau, menambahkan bahwa keseimbangan antara keduanya merupakan nilai-nilai moderasi yang sejati dan fondasi bagi pesantren dalam memasuki abad ketiganya.

Lebih lanjut, Prof. Nasaruddin memberikan ilustrasi historis tentang kebangkitan peradaban Islam. Beliau menjelaskan bahwa di antara negara-negara yang gersang pada saat itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Romawi dan Persia, yang tidak sekalipun melirik kawasan gersang tersebut. “Begitu Nabi Muhammad datang membawa nafas segar, berkembang pesatlah negara yang kering itu. Sampai dua kerajaan besar tadi ditaklukkan juga,” jelasnya. Kisah ini menjadi penekanan bahwa dengan menerapkan metodologi Iqra’ (ilmu) dan BismiRabbik (spiritualitas), peradaban dapat bangkit dari kondisi yang paling sulit sekalipun.

Para siswa Madrasah Fattah Hasyim yang hadir turut merasakan dampak langsung dari pidato tersebut. Maulana Surya Abimanyu, siswa Kelas XI, mengaku sangat terinspirasi, “Saya sangat termotivasi mendengar bagaimana alumni PPBU memberikan kontribusi besar bagi peradaban bangsa. Ini memacu kami, tentunya, untuk belajar lebih giat dan mengikuti jejak kontribusi mereka.” Senada dengan Maulana, Reza Rahardian Syaputra, siswa kelas XI lainnya, menyoroti pesan inti dari Prof. Nasaruddin. “Penjelasan Prof. Nasaruddin tentang keseimbangan antara Iqra’ dan BismiRabbik sangat membuka wawasan. Ternyata pesantren adalah tempat yang tepat untuk memadukan konsentrasi keilmuan dan kontemplasi spiritual,” kata Reza.

Acara ini diharapkan dapat memperkuat visi PPBU dalam memasuki abad ketiganya, mencetak alumni yang tidak hanya unggul dalam ilmu, tetapi juga matang dalam spiritualitas, serta mampu menjadi tiang penyangga peradaban bangsa. (Galang)