FH Media – Madrasah Aliyah Fattah Hasyim Bahrul Ulum Tambakberas Jombang mengadakan Konseling Bersama Kelas Akhir bertajuk “Study Lanjut dan Karir” pada hari Ahad, 09 November 2025. Acara ini dilangsungkan di Aula Kampus 3 Madrasah Fattah Hasyim.
Konseling ini diikuti oleh 198 siswa dan siswi Kelas XII Madrasah Fattah Hasyim, didampingi oleh para wali kelas dan pimpinan Madrasah.
Dalam sambutannya, Bapak H. Miftahul Ulum, SH, M. Pd., selaku Bidang Kurikulum Madrasah dan mewakili Kepala Madrasah, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah upaya sekolah untuk mengajak seluruh peserta didik kelas akhir ini melewati masa-masa penentuan dengan Musyawarah.
“Akan diterangkan jalan menuju kesana oleh Narasumber kita hari ini, agar arah kita melangkah benar-benar dengan penuh kesadaran,” ujar beliau.
Beliau juga menyampaikan harapan besar agar seluruh siswa dapat lulus 100%. “Saya berharap nanti ketika wisuda, di hadapan wisudawan dan wali murid, saya menyampaikan bahwa siswa yang lulus sebanyak 198 dan siswa yang tidak lulus nol,” tegasnya. Bapak Miftahul Ulum menutup pesannya dengan menekankan, “Penentu nasib anda, adalah anda sendiri. Semoga hari ini adalah awal yang baik untuk kalian bisa menentukan nasib ke depan seperti apa.”.
Sesi “Ngobrol Santai” bersama K.H. Imam Sa’duddin, M. Pd., yang dimoderatori oleh Muhammad Afwan. I. M, M. Ag., menjadi puncak acara yang paling dinanti. Dengan pembawaan santai namun mendalam, Pengasuh Ribat Al Burhany PP Roudlotul Ulum ini langsung memaparkan dilema krusial yang dihadapi setiap siswa kelas akhir.
Kiai Imam Sa’duddin memulai dengan membedah peta studi lanjut, menjelaskan perbedaan fungsional antara Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi, serta membandingkan sisi kelebihan dan tantangan pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS).
“Anak-anakku sekalian, di hadapan kalian ada dua jalan besar dalam memilih jurusan: yang realistis dan yang bombastis atau idealis,” ujar Kiai Imam, memecah keheningan aula.
Beliau menjelaskan bahwa memilih jalan Realistis berarti memprioritaskan Kemampuan diri, Peluang Diterima yang tinggi, dan Prospek Kerja yang jelas. “Jalan ini memberikan Anda peluang lolos yang tinggi dan karier yang cenderung stabil. Itu aman. Tapi risikonya? Anda mungkin menyesal di tengah jalan karena jurusan itu tidak benar-benar Anda cintai,” jelasnya.
Sebaliknya, jalan Bombastis atau Idealis berfokus penuh pada Minat (Passion) dan Cita-Cita. “Mengejar passion itu indah, itu bagus untuk menjaga semangat belajar Anda. Namun, ingatlah: seringkali persaingan di sana sangat ketat. Peluang gagal lolosnya sangat tinggi, dan ini berpotensi menjadi beban finansial yang besar bagi orang tua,” tegas beliau.
Kiai Imam Sa’duddin mendorong para siswa untuk mencari titik tengah yang sadar dalam menentukan nasib mereka.
Tidak hanya urusan duniawi, Kiai Imam Sa’duddin juga mengingatkan para siswa tentang tujuan hakiki ilmu dari perspektif ulama Nusantara, yang harus menjadi fondasi bagi santri.
“Ilmu yang bermanfaat itu bukan hanya soal IPK atau gelar. Kita harus kembali pada pilar-pilar ulama kita,” ajaknya. Beliau kemudian merangkum tiga pilar utama:
- Syekh Az-Zarnuji: Ilmu yang bermanfaat harus didahului dengan Adab (Etika), serta menuntut kesungguhan, kesabaran, dan waktu yang panjang.
- Wahab Hasbullah: Ilmu harus berbuah Amal, al-harakah, ilmu yang didapat harus bergerak, berjuang, dan bermanfaat nyata untuk kemaslahatan umat.
- M. Djamaluddin Achmad: “Paling penting, tujuan akhir ilmu kita adalah Ma’rifatullah, mengenal Allah. Ilmu itu harus membuat hati kita bersih dari sifat tercela dan menumbuhkan sikap Tawadhu’. Percuma menguasai fikih setinggi langit, tapi tidak punya hati yang bersih,” pungkas Kiai Imam Sa’duddin, memberikan penekanan bahwa ilmu harus menghilangkan keangkuhan, bukan malah memunculkan kesombongan.
Sesi konseling semakin hidup saat dibuka sesi tanya jawab. Para siswa dan siswi Kelas XII dengan antusias memanfaatkan kesempatan ini untuk berkonsultasi langsung.
Alif Wardana menjadi penanya pertama yang mewakili dilema klasik: “Manakah yang lebih menjanjikan antara langsung bekerja setelah lulus atau melanjutkan kuliah?”
Menanggapi pertanyaan ini, Kiai Imam Sa’duddin memberikan perspektif yang realistis. “Menjanjikan itu relatif, tergantung tujuan Anda. Jika Anda ingin segera mandiri secara finansial, bekerja langsung bisa jadi pilihan. Namun, perlu diingat, ijazah SMA itu punya batas plafon penghasilan. Pendidikan tinggi itu ibarat membuka pintu peluang yang lebih banyak, dengan potensi gaji yang lebih tinggi di masa depan,” jawab beliau. “Idealnya, kuliah sambil bekerja. Jika tidak bisa, rencanakan dengan matang: Jika bekerja, gunakan penghasilan Anda untuk modal kuliah di tahun berikutnya.”
Selanjutnya, dua siswi, Nadhifatul dan Sarah, menyampaikan pertanyaan yang menyentuh realitas sosial: “Sebagai perempuan, kami sering merasa serba terbatas, padahal peluang sangat banyak. Kami sering pesimis dulu. Bagaimana menyikapi realitas ini? Dan bagaimana jika keinginan orang tua berbeda dengan keinginan anak terkait pilihan studi?”
Kiai Imam Sa’duddin menjawab pertanyaan tersebut dengan bijaksana dan memotivasi. “Siapa bilang perempuan serba terbatas? Justru perempuan itu adalah Madrasah pertama bagi generasi. Tidak ada batasan dalam mencari ilmu,” tegasnya.
“Sikap pesimis itu yang harus dihilangkan. Kuatkan niat mencari ilmu untuk Ma’rifatullah dan bekal mendidik anak. Jika niatnya benar, Allah akan bukakan jalan. Tugas Anda adalah berjuang semaksimal mungkin, sisanya serahkan pada takdir Allah. Jangan jadikan status Anda sebagai alasan untuk menyerah.”
Mengenai perbedaan keinginan dengan orang tua, beliau memberikan solusi yang menekankan nilai birrul walidain. “Prinsipnya, restu orang tua adalah restu Allah. Jika orang tua menginginkan Anda mengambil jurusan A, sementara Anda ingin B, lakukanlah Musyawarah dengan hati yang tenang dan data yang kuat,” saran beliau. “Ajak bicara, tunjukkan alasan yang rasional kenapa Anda memilih B, dan buktikan bahwa pilihan Anda tetap membawa kebaikan dan manfaat. Namun, jika setelah musyawarah, orang tua tetap berpegang teguh pada pilihannya, ikutilah, karena di balik itu, pasti ada keberkahan yang Allah sembunyikan.”
Kegiatan ini menjadi penanda keseriusan Madrasah Aliyah Fattah Hasyim Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dalam mendampingi peserta didik di masa krusial penentuan masa depan. Dengan berakhirnya Konseling Bersama ini, seluruh siswa Kelas XII kini didorong untuk segera mematangkan rencana mereka, menjadikan etika sebagai fondasi utama dalam meraih kesuksesan baik dalam urusan dunia maupun akhiratnya. (Hakim P.)