FH Media – Simposium Paralel 30 Profesor Alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang sukses digelar hari ini, Rabu (15/10/2025), sebagai bagian dari rangkaian peringatan dua abad PPBU (1825–2025). Acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) KH. Hasbullah Said Bahrul Ulum ini mendapat sambutan luar biasa, terutama dari kalangan pelajar. Madrasah Fattah Hasyim (MFH) mengirimkan 60 siswa/siswi dan didampingi 4 guru pendamping, yang secara antusias menghadiri forum ilmiah ini.
Mengusung tema “Jejak, Kiprah dan Kontribusi Alumni PP. Bahrul Ulum dalam Peradaban Bangsa,” simposium ini menghadirkan puluhan Guru Besar alumni PPBU dari berbagai universitas. Kehadiran delegasi MFH dalam jumlah besar ini menunjukkan komitmen lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Bahrul Ulum untuk menanamkan wawasan kebangsaan dan keilmuan tingkat tinggi kepada para peserta didiknya.
Para Guru Besar yang hadir antara lain: Prof. Dr. H. Nur Ali, M. Pd. (Guru Besar Manajemen Pendidikan Islam UIN Maliki Malang), Prof. Dr. Zainuddin, MA. (Guru Besar Sosiologi Islam UIN Maliki Malang), Prof. Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M. Ag. (Guru Besar Teknologi Pembelajaran UINSA), dan sejumlah Profesor lainnya, yang menunjukkan kontribusi alumni PPBU di berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sesi pembahasan utama Simposium Paralel ini berfokus pada Transformasi Pesantren, yang dipaparkan oleh Prof. Khodiri, Prof. Zainuddin, dan Prof. Evi. Prof. Zainuddin, dalam paparannya, menyoroti keunggulan sistem pendidikan pesantren yang bersifat komprehensif, mendefinisikannya sebagai “Pendidikan 24 jam, life in.” Beliau menegaskan bahwa model ini merupakan pendidikan yang tidak ada duanya karena secara simultan “melakukan kegiatan akademik, spiritual, dan sosial”, sehingga membentuk santri yang utuh. Melengkapi pandangan tersebut, Prof. Khodiri menyoroti peran sentral figur pendidik di pesantren, khususnya kiai dan ustadz, sebagai sumber keteladanan.
Menurut Guru Besar Sosiologi Islam ini, terdapat “hidden curriculum” yang dibawa oleh para kiai dan ustadz, di mana “perbuatannya, tingkah laku, ucapan, dan termasuk keputusannya merupakan uswah (teladan) untuk para santrinya.” Sementara itu, Prof. Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M. Ag., dari disiplin Ilmu Teknologi Pembelajaran, membahas bagaimana inovasi teknologi dapat diintegrasikan secara efektif untuk mendukung tiga pilar pendidikan 24 jam ini tanpa menghilangkan nilai-nilai fundamental pesantren.
Antusiasme peserta muda mencapai puncaknya saat sesi tanya jawab dibuka. Dari tiga kesempatan bertanya yang diberikan kepada siswa, salah satunya diajukan oleh Alyanisa, siswi kelas 12 Madrasah Fattah Hasyim (MFH). Keaktifan Alyanisa mencerminkan semangat belajar dan keingintahuan tinggi para santri terhadap isu-isu kebangsaan dan masa depan pendidikan pesantren.
Simposium ini menjadi penanda kesiapan PPBU untuk memasuki abad ketiganya, dengan mewariskan semangat juang dan terus berkhidmah dalam mencetak peradaban bangsa yang unggul.