FH Media – Hari ini, suasana di Madrasah Fattah Hasyim terasa begitu meriah dengan digelarnya Pentas Seni yang spektakuler. Acara ini menjadi penutup yang indah setelah para santri menyelesaikan kegiatan Ziaroh Masyayikh Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Selain menampilkan beragam kesenian siswa, pentas seni ini juga menjadi panggung bagi para juara lomba rohani FH CUP serta persembahan dari kelas akhir. Selasa, 30 September 2025.

Kegiatan terlaksana di dua lokasi, dengan panggung putra digelar di Halaman utama MTs Fattah Hasyim Kampus 1, sementara panggung putri bertempat di halaman utama Kampus 2. Berbagai penampilan memukau tampil bergantian. Para siswa MA dan MTs berkolaborasi membawakan Al Banjari yang syahdu. Tak ketinggalan, kemampuan oratoris para siswi ditunjukkan dalam sesi Pidato 3 Bahasa yang dibawakan oleh Hurin’in, Nabila Fahma, dan Qonita Dika dari MTs, serta Niswatun Nafiah, Faza Asfiatun, dan Nurin Najma dari MA.

Suasana semakin hangat dengan Kreasi Nadhom Ibu-ibu Guru yang menunjukkan kekompakan pengajar. Penampilan Mendongeng yang dibawakan dengan penuh penghayatan oleh Nabila Fahma dan Annisa Udzahabiyah, serta lantunan merdu Ghina ‘Aroby dari Najwa Kailia Bassalwa, turut menyemarakkan acara.

Puncak perhatian hadirin tertuju pada persembahan istimewa dari OSMAFA (Organisasi Siswa Madrasah Aliyah Fattah Hasyim) berupa drama yang sangat apik. Drama ini mengambil tema krusial, yakni tentang demo DPR, yang disajikan dengan balutan seni tari yang memukau.

Drama yang telah disiapkan jauh hari ini melampaui hiburan; ia menjadi media kritik sosial yang cerdas. Para anggota OSMAFA dengan piawai memerankan dinamika antara demonstran yang menyuarakan tuntutan rakyat dan wakil rakyat di parlemen. Inti dari drama ini adalah pesan tentang pentingnya keberanian pelajar untuk bersuara secara elegan dan beretika dalam menyikapi isu kebangsaan. Perpaduan antara dialog kritis, orasi yang lantang, dan gerakan tari yang indah berhasil meredam tensi politik menjadi sebuah karya seni yang menyentuh dan sarat makna.

Hikmah yang didapat sangat jelas: menjadi santri tidak berarti harus buta terhadap politik dan isu sosial; justru, mereka harus menjadi agen perubahan yang berani menyalurkan aspirasi dan kritik konstruktif, menggunakan seni sebagai jembatan untuk menyampaikan kebenaran.

Penampilan memukau ini lantas menuai apresiasi. Bu Zahrotul Fuadyah mengungkapkan rasa bangganya terhadap penampilan siswi-siswinya. “Saya benar-benar terkesan dan bangga melihat siswi-siswi tampil dengan totalitas, terutama pada drama OSMAFA. Mereka mampu mengangkat isu penting dengan narasi yang berani dan cerdas,” ujar beliau. Bu Zahrotul Fuadyah menambahkan, hal ini membuktikan bahwa pendidikan di madrasah berhasil membentuk karakter yang kritis dan peduli.

Tak hanya dari pihak guru, kekaguman juga datang dari bangku penonton. Keyla Novia Irfana, siswi kelas VII B1, mengaku terpukau dengan penampilan-penampilan hari ini. “Aku tidak menyangka bisa menikmati penampilan karya yang luar biasa seperti ini. Sebelumnya, aku pikir pentas seni hanya hiburan biasa,” kata Keyla bersemangat. “Drama OSMAFA tadi benar-benar bikin merinding. Kakak-kakak kita berhasil mengemas isu demo DPR menjadi sesuatu yang keren dan mudah dicerna. Aku jadi termotivasi untuk bisa sekreatif mereka.”

Pentas seni Madrasah Fattah Hasyim tahun ini dengan tegas menunjukkan bahwa madrasah adalah ladang subur bagi tumbuhnya bakat, kreativitas, dan kesadaran sosial yang terbingkai indah dalam nilai-nilai Islami.