Jombang, 29 Januari 2025 – Dalam era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi yang cepat dan pergaulan yang semakin terbuka, penguatan akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyyah menjadi sangat krusial, terutama bagi siswa-siswi kelas XII. Mereka tidak hanya berada di ambang peralihan dari pendidikan menengah atas ke dunia perkuliahan, tetapi juga menghadapi tantangan untuk mempertahankan keyakinan di tengah berbagai ideologi dan pemikiran yang berkembang.

Di luar lingkungan pesantren, tantangan semakin nyata, dengan pengaruh dari berbagai sumber informasi yang dapat mengubah cara pandang dan keyakinan seseorang. Dalam konteks ini, penting bagi pendidikan agama untuk memberikan fondasi yang kuat agar siswa-siswi tidak mudah terpengaruh dan tetap dapat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh para kyai dan bu nyai.

Yayasan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum dan seluruh madrasah di bawah naungannya memiliki agenda rutin yang mendukung penguatan akidah siswa, yaitu “Doktrinasi Aswaja & Ke-Bahrul ‘Ulum-an”. Pagi ini, di Aula Ma’had Ali Yayasan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas, acara tersebut diadakan oleh Madrasah Fattah Hasyim, diikuti oleh 248 siswa-siswi kelas XII. Terdapat 119 siswa putra dan 129 siswi, yang didampingi oleh wali kelas masing-masing.

Turut hadir dalam acara ini Wakil Kepala 2 Madrasah Fattah Hasyim, Ibu Nyai Hj. Lathifah Hidayati, S.Pd., Bapak Dr. K.H. Muhyiddin, Z.A., Ibu Nyai Dr. Hj. Umi Chaidaroh, S.H., M.H., dan Bapak K.H. Imron Rosyadi Malik.

Dalam sambutannya, Ibu Nyai Hj. Lathifah Hidayati, S.Pd., menyampaikan terima kasih kepada ketiga pemateri yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmunya. “Ini sangat penting, mengingat kondisi dunia di luar pesantren saat ini. Alumni pesantren, jika belum memiliki keyakinan yang kuat, akan mudah sekali terlena dan menyimpang dari nilai-nilai luhur yang diajarkan para kyai dan bu nyai,” ungkap beliau.

Ibu Nyai Hj. Lathifah Hidayati kemudian melanjutkan bahwa materi yang akan diikuti bersama hari ini, yaitu meliputi materi ke-Bahrul ‘Ulum-an, materi Aswaja An-Nahdliyyah, dan materi tentang jati diri santri. Semoga bisa bermanfaat untuk seluruh hadirin, khususnya siswa/siswi kelas XII Madrasah Fattah Hasyim ini.

Sesi pertama disampaikan oleh Bapak Dr. K.H. Muhyiddin. Beliau banyak memberikan keterangan tentang segmentasi sejarah Pondok Tambakberas, mulai dari akar hingga saat ini, serta pesan-pesan dari masyaikh.

“Ada pesan dari K.H. Abdul Fattah Hasyim, bahwa kita harus bisa menjaga 5 hal ini. Yang pertama, kalau sudah menjadi kyai, jangan jadi kyai yang direktur. Maksudnya, hanya senang dipanggil yai tanpa mau mengkaji kitab, bahkan tidak bisa mengaji. Kedua, harus mau terus belajar. Yang ketiga, kalau sudah belajar, harus mau mengajarkan ilmunya. Yang keempat, kalau sudah cukup usia, jangan menunda menikah. Dan yang kelima, khidmah kepada Nahdlatul Ulama,” tutur beliau.

Khorullah, siswa kelas XII, mengaku lebih menikmati mendengar langsung bagaimana sejarah perkembangan Bahrul ‘Ulum. “Kemarin saya membaca buku sejarah Tambakberas, dan percaya atau tidak, apa yang disampaikan Bapak Dr. K.H. Muhyiddin, Z.A., dalam sesi ke-Bahrul ‘Ulum-an tadi saya rasa lebih mengena. Di samping itu, ada beberapa cerita yang belum termaktub dalam buku tersebut yang membuat saya dan rekan-rekan lain semakin tertarik untuk mengikutinya hingga akhir,” ujarnya.

Sesi kedua disampaikan oleh Ibu Nyai Dr. Hj. Umi Chaidaroh, S.H., M.H. Beliau memberikan penjelasan mendalam tentang materi Aswaja An-Nahdliyyah, mulai dari definisi hingga prinsip-prinsipnya, mulai dari pondasi keyakinan hingga tantangan yang ada.

Mutira, siswi kelas XII Madrasah Fattah Hasyim, menyampaikan ketertarikannya dengan materi tentang Aswaja An-Nahdliyyah. “Doktrinasi Aswaja ini menurut saya sangat penting, karena saya tahu bagaimana pergulatan akidah di luar sana.”

Sebagai pemungkas, Bapak K.H. Imron Rosyadi Malik memberikan pandangan-pandangan mendalam tentang bagaimana kita bisa lebih mengenal jati diri santri, tentang prinsip kesantrian, dan bagaimana agar nilai-nilai luhur itu tidak mudah luntur. Seluruh peserta sangat antusias mengikuti, terbukti dengan banyaknya penanya pada sesi tanya jawab.

Acara ditutup dengan doa dan sesi foto bersama, menandai komitmen bersama untuk memperkuat akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah di kalangan siswa-siswi.